Bukan Saitama atau Genos
Kau tahu...
Rasanya menjadi orang biasa? Tidak cantik, tidak terkenal, tidak populer, dan yang terparah, adalah seorang yang introvert. Tapi, siapa sangka, bahwa aku memiliki rasa yang dalam untuk seorang kating populer.
Bodoh memang, mempunyai rasa lebih dari sekedar 'suka'. Apalagi baginya aku tidak ada apa-apanya.
Aku tahu, ia banyak penggemarnya, dan banyak yang titip salam. Tapi salah kalau aku suka? Tidak apa! cukup aku dan Tuhan yang tahu, bahwa rasa ini tidak main-main. Sekalipun mereka menertawakan.
Hingga ku buat akun palsu untuk bisa ngobrol dengannya, walau hanya satu baris jawaban darinya. Ku rahasiakan segalanya. Tetapi saat waktunya tiba, akhirnya aku mengakui diriku dihadapannya dan langsung lari. "Salam Genos". Terus lari tanpa menghadap kebelakang, dan yang ada dipikiranku saat dia tahu bahwa aku adalah "genos" mungkin ia kecewa, merasa jijik, dan sangat risih.
Kuputuskan untuk menghapus akun itu, walau berisi kenangan, tapi siapa yang kuat bila terus aktif dan ia semakin jijik.
Aku lemah, tak sekuat nama palsuku "Genos". Aku juga mudah rapuh. Kalau saja aku sadar diri sejak awal, mungkin aku masih sangat kuat untuk bertahan dalam tatapan jarak jauh. Balik lagi ketujuan awalku berada di kota orang, yaitu "belajar" aku sudah punya amanah dari keluargaku. Gak mungkin aku harus menangisi hal tidak penting.
Tapi percayalah hati, dada ini seperti tertusuk bila mengingat namanya. Hati jatuh tidak jauh dari hadapannya. Dan kesalahan terbesarku adalah menatapnya.
Menjadi dalang sebuah cerita, tapi tak menjadi peran utama. Hanya bermain didunia belakang, tanpa mau menunjukan diri kedepan. Itulah. Bukan tak percaya diri, tapi karena aku tahu diri. Siapa aku dan dimana posisiku.
Kalau untuk seterusnya aku takut bertemu dengan mu mas, ketahuilah, tanah yang kita pijak sama, kampus yang kita datangi pun sama, dan dibawah 1 atap yang sama. Percayalah, bahwa semilir angin yang lewat saat kamu berjalan, disana ada rinduku.
Oleh karena itu, Aku Pamit. Bukan karena aku menyerah dan terlalu lemah. Tapi karena aku harus mengerti, wahai diriku, dimana posisiku saat ini. Sadarlah.
GENOS.
Menjadi dalang sebuah cerita, tapi tak menjadi peran utama. Hanya bermain didunia belakang, tanpa mau menunjukan diri kedepan. Itulah. Bukan tak percaya diri, tapi karena aku tahu diri. Siapa aku dan dimana posisiku.
Kalau untuk seterusnya aku takut bertemu dengan mu mas, ketahuilah, tanah yang kita pijak sama, kampus yang kita datangi pun sama, dan dibawah 1 atap yang sama. Percayalah, bahwa semilir angin yang lewat saat kamu berjalan, disana ada rinduku.
Oleh karena itu, Aku Pamit. Bukan karena aku menyerah dan terlalu lemah. Tapi karena aku harus mengerti, wahai diriku, dimana posisiku saat ini. Sadarlah.
GENOS.
Untuk ikan biru kuning.
Komentar
Posting Komentar