Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

Sudahkah...

Hi ikan biru kuningku. Mungkin bagimu ini seru, tapi tidak sama sekali menurutku. Memang, bukan hak ku untuk melarang segala aktivitasmu. Bukan hak ku juga untuk menutup senyum lebarmu itu. Kamu suka bermain dengan api, tapi kamu tidak tahu ada kayu yang tersakiti. Kamu suka bertindak sesuka hati, tapi kamu tidak tahu ada aku yang selalu menahan perih. Memang kamu saja yang kecentilan. Mentang-mentang wajah tampan, masa hatimu tak rupawan? Aku memang mudah jatuh, tapi aku juga harus mudah bangkit. Mudah jatuh cinta, tapi mudah juga kembali semula. Harus mulai kucoba! Menghilangkan rindu sekaligus rasa. Walau sangat menyiksa, tapi siapa yang kuat bila hati terus mederita. Walau rindu dan salamku hanya semilir angin, jangan pernah mendingin. Sebab aku yakin. Bukan main-main. Genos. Untuk ikan biru kuning.

Rindu

Tadi aku melihatmu kembali, setelah 3 hari tidak melihat wujudmu bediri. Senang, karena aku dapat melihat senyum dari bibir tipismu, dan pasrah, saat melihatmu sedang mengambil gambar bersama wanita lain. Betapa beruntungnya wanita itu. Tidak sungkan untuk berfoto bersama, lain halnya denganku, yang terus berjalan dibelakangmu dalam bentuk rindu. Tak apa, bukan hak ku untuk cemburu, sebab hati selalu kuat bagi orang-orang yang lemah. Yang kutakutkan bukan kamu bersama orang lain nantinya, tapi saat kamu sudah tidak ingin melangkah terlalu jauh, karena benci untuk bertemu denganku. Kita tidak sama, kita dua beda, yang selalu dipisah oleh jeda, dan pertemuan yang selalu reda. Tapi percayalah, walau kita beda, tapi rasa ini ada. Angin... kucemburu padamu, kau bisa memeluknya, menyapanya, dan selalu menemaninya. Selalu jaga rindu yang tak berkesudahan ini, semoga kelak, penggantimu nanti adalah tawa dan peluk hangat. GENOS. Untuk ikan biru kuning.

Untuk Ikan Biru Kuning

Kamu tak sadar, bahwa ada aku selama ini. Kamu juga tak sadar, bahwa rasa ini semakin lama semakin tumbuh. Bodoh! Aku tidak boleh seperti itu. Tapi, semakin aku ingin lupakan, tapi semakin juga ingin aku luapkan. Haha. Untuk apa menyatakan, kamu tahu hadirku saja tidak. Tidak apa. Biar aku saja yang merasakan kisah cinta sepihak, dan biar aku saja yang merasakan sakit sepihak juga.  Melihatmu dalam bayang saja sudah membuatku sedikit baik, walau rasa makin bertambah.  Aku pernah jatuh cinta, tapi tidak segila ini, aku pernah sakit, tapi tidak sesakit ini. Untungnya, aku bisa menjadi seorang dokter, untuk mengatasai rasa sakit ini.  Ku selalu titip rindu pada matahari, tapi kamu selalu berlindung dari cahayanya, ku selalu titip rindu pada malam, tapi kamu menghindar untuk beristirahat. Biarkan rindu ini jadi angin yang tak mungkin kamu lihat, tapi tetap kamu rasakan.  Maaf bila terganggu, aku hanya bingung, bagaimana rasa yakin ini ada. GENOS ...

Bukan Saitama atau Genos

Kau tahu... Rasanya menjadi orang biasa? Tidak cantik, tidak terkenal, tidak populer, dan yang terparah, adalah seorang yang introvert. Tapi, siapa sangka, bahwa aku memiliki rasa yang dalam untuk seorang kating populer. Bodoh memang, mempunyai rasa lebih dari sekedar 'suka'. Apalagi baginya aku tidak ada apa-apanya. Aku tahu, ia banyak penggemarnya, dan banyak yang titip salam. Tapi salah kalau aku suka? Tidak apa! cukup aku dan Tuhan yang tahu, bahwa rasa ini tidak main-main. Sekalipun mereka menertawakan. Hingga ku buat akun palsu untuk bisa ngobrol dengannya, walau hanya satu baris jawaban darinya. Ku rahasiakan segalanya. Tetapi saat waktunya tiba, akhirnya aku mengakui diriku dihadapannya dan langsung lari. "Salam Genos". Terus lari tanpa menghadap kebelakang, dan yang ada dipikiranku saat dia tahu bahwa aku adalah "genos" mungkin ia kecewa, merasa jijik, dan sangat risih.  Kuputuskan untuk menghapus akun itu, walau berisi kenangan, t...